Aku dan Borneo

Setiap orang pasti bangga dengan negaranya masing-masing, begitupun aku. Aku bangga menjadi warga negara Indonesia. Negaraku merupakan negara maritim terbesar di dunia. Banyak pulau-pulau indah bak surga yang diciptakan Tuhan ada disini, dari yang berukuran kecil sampai yang berukuran besar. Salah satunya adalah Kalimantan.

Pulau Kalimantan atau sering juga disebut Borneo merupakan pulau terbesar kedua di Indonsia setelah Papua. Sudah lama aku berkeinginan untuk menginjakkan kakiku di pulau ini. Sebagai seorang yang terlahir di pulau Lombok, pulau kecil yang juga memiliki surga dunia di setiap sudutnya, tentu aku tidak asing dengan traveling. Namun keindahan Lombok, belum mampu memuaskan jiwaku yang ingin terus menjelajah setiap pulau yang ada di Indonesia.

Beberapa hal yang membuatku ingin mengunjungi Kalimantan adalah wisata alamnya yang sangat melimpah. Dimulai dari hutannya yang begitu luas, dengan flora dan fauna yang beraneka ragam. Salah satunya ialah bekantan (kera hidung panjang) yang merupakan hewan endemik pulau ini. Tidak hanya hewan hutan, namun hewan laut juga ada seperti penyu hijau yang dapat kita temukan di Pulau Maratua.

Perairan di Pulau Maratua (sumber : google images)
Penginapan di pinggir pantai (sumber : google images)
Lihatlah foto pemandangan di atas. Siapa yang tidak ingin berada disana? Itulah Pulau Maratua yang berada di sekitar kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Memang, untuk dapat menikmati keindahan pulau ini, kita harus merogoh kocek cukup dalam. Hal itu disebabkan karena letak pulau Maratua yang jauh dan merupakan salah satu patokan zona ekonomi ekslusif Indonesia. Pulau ini dihuni oleh suku Bajo asli. Suku ini sangat ahli dalam bidang maritim, navigasi dengan bintang dan menyelam tanpa alat bantu dalam waktu yang cukup lama menjadi keahlian masyarakatnya. Rumah-rumah masyarakat suku Bajo dibuat dengan kayu dan berbentuk rumah panggung yang dibangun di atas terumbu karang. Bisa dibayangkan keindahannya bukan?

Tak hanya alamnya, budaya masyarakat di Kalimantan juga sangat unik dengan berbagai upacara adat yang menarik perhatian wisatawan, seperti ritual Tiwah yang dilakukan oleh suku Dayak.

Ritual Tiwah ialah upacara sakral keagamaan suku Dayak untuk orang yang sudah meninggal. Ritual ini sendiri ditujukan untuk mengantarkan arwah orang tersebut agar tentram dan masuk "Lewu Tatau" atau Surga. Saat ritual ini dilakukan, banyak masyarakat suku Dayak lainnya ikut berpartisipasi, disamping itu ritual ini sangat menarik para wisatawan lokal dan mancanegara untuk menyaksikannya. Ritual ini dilakukan khususnya oleh suku Dayak pedalaman yang menganut agama Kaharingan di Kalimantan Tengah. Mayat orang yang meninggal terlebih dahulu dikubur hingga keluarga yang bersangkutan mampu melaksanan ritual Tiwah yang biayanya tidak sedikit ini. Tiwah bersifat wajib bagi setiap masyarakat suku Dayak, dan keluarga yang masih hiduplah yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Sebelum ritual ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan penombakan hewan kurban seperti sapi, kerbau dan babi. Selain itu, sebelum tulang diantarkan, suku Dayak melakukan berbagai ritual seperti tari-tarian, menabuh gong dan berbagai ritual lainnya. Tulang belulang orang yang sudah meninggal tersebut, dibawa ke sebuah rumah kecil yang dibuat khusus untuk peletakan tulang, yang disebut "Sandung".


Berikut beberapa foto ritual tiwah (sumber: google images)
Tari-tarian sebelum ritual puncak, yaitu peletakan tulang pada Sandung.


Pembersihan mayat setelah dikeluarkan dari kubur.
Tulang orang yang akan diletakkan di Sandung.




Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer